HUBUNGAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE TERHADAP TINGKAT KEGAGALAN DAN KOMPLIKASI BERAT AKSEPTOR KB
BARU DI KOTA SAMARINDA
ABSTRAK
Peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat
kegagalan dan komplikasi berat pada akseptor KB baru di kota Samarinda.
Kontrasepsi Intra Uterine Device adalah kontrasepsi yang paling efektif untuk
digunakan namun kontrasepsi ini juga banyak menimbulkan kegagalan dan
komplikasi pada pemakainnya. Khususnya pada akseptor yang ada disamarinda.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device
terhadat tingkat kegagalan dan komplikasi berat pada pengguna (akseptor) KB di
Kota Samarinda.
Tahapan rancangan penelitian ini
antara lain adalah menetapkan rumusan masalah dan melakukan observasi tempat
penelitian, selanjutnya memperoleh data sekunder yang berisi laporan kegagalan
dan komplikasi berat pengguna kontrasepsi Intra Uterine Device yang kemudian
dilakukan penyortiran atau perapian data. Tahap selanjutnya melakukan uji
korelasi dan menentukan besarnya nilai korelasi (hubungan). Hingga akhirnya
melakukan interpretasi hasil dan kesimpulan hasil penelitian
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di
Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan
penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan
Program Keluarga Berencana (KB). (BKKBN, 1997)
Program Keluarga Berencana (KB) ini dirintis sejak tahun
1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah
penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha
perencanaan dan pengendalian jumlah penduduk. (Hanifa, 2005)
Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998)
mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada suatu
titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi
kenyataan, sehingga pengaturan kelahiran melalui program KB berdampak sangat
signifikan terhadap peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak. Oleh
karenanya program KB telah diakui secara internasional sebagai salah satu upaya
pokok dalam program safe motherhood and child survival.
Adapun macam-macam metode kontrasepsi
yang ditawarkan untuk mencegah kehamilan yaitu dengan metode yang sederhana,
terdiri atas KB alamiah dengan sistem kalender, Coitus Interuptus (senggama
terputus) dan kondom. Berikutnya adalah metode modern yang terdiri dari
kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) atau dengan sebutan lain Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), hormonal (pil, suntikan, implant), dan
kontrasepsi mantap (MOW/MOP). Bermacam-macam kontrasepsi tersebut sudah
pasti mempunyai efek samping (akibat pemakaian KB, bukan gejala suatu
penyakit), yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor) sebelum memakainya.
(Hartanto, 2004)
Ditinjau dari macam-macam metode
kontrasepsi yang ditawarkan tersebut, kontrasepsi yang paling efektif dalam
menekan jumlah kelahiran adalah kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD), dimana
kontrasepsi IUD mempunyai angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3
kehamilan/100 perempuan dan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran
sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. (Krisnadi, 2002). Namun
pemahaman masyarakat atau calon akseptor KB (calon pengguna kontrasepsi)
mengenai kontrasepsi IUD sangat bertolak belakang sekali dengan keunggulan IUD
tersebut karena berbagai macam pola pemahaman dan persepsi calon akseptor,
diantaranya pada proses pemasangan IUD yang rumit sehingga membuat risih dan
malu calon akseptor, pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna IUD
tentang ketidaknyamanan, serta dapat mengakibatkan terjadi kehamilan tanpa
disadari oleh akseptor IUD (kegagalan), dan ketakutan akan adanya efek samping
infeksi yang menyebabkan komplikasi berat.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
a)
Apakah ada hubungan penggunaan
kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan pada akseptor KB
Baru ?
b)
Apakah ada hubungan penggunaan
kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat komplikasi berat pada akseptor
KB Baru?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui hubungan antara
penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device
terhadap tingkat kegagalan akseptor KB baru di kota Samarinda.
b. Untuk mengetahui hubungan antara
penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat komplikasi berat
akseptor KB baru di kota Samarinda.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat bagi Pemerintah dan Instansi
terkait.
Sebagai bahan masukkan
dan sumber informasi bagi pemerintah,instansi terkait dalam menentukan
kebijakkan dan perencanaan pembangunan dibidang kesehatan khususnya dalam
menanggulangi kegagalan dan komplikasi berat aksetor KB penggunaan kontrasepsi
Intra Uterine Device.
b. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
c. Manfaat bagi Peneliti
Merupakan pengalaman
yang berharga dan mengasah wawasan peneliti mengenai hubungan penggunaan
kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan dan komplikasi
berat yang terjadi di kota Samarinda.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan
perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Cara kerja kontrasepsi
bermacam-macam, tetapi pada umumnya adalah mengusahakan agar tidak terjadinya
ovulasi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan antara sel telur dengan
sperma. (BKKBN, 1984).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah
atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (Maryani, 2004).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat yaitu, dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, mudah pelaksanaan dan penggunaannya, murah
harganya, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
(Maryani, 2004)
B.
Tujuan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Tujuan alat kontrasepsi yang dimaksudkan untuk mencegah
pembuahan dan kehamilan, diantaranya :
a.
Membantu pengaturan atau perencanaan
pembentukan keluarga dengan cara penundaan, penjarangan, dan penghentian
kesuburan.
b.
Membantu pembinaan dan peningkatan taraf
kesehatan keluarga.
c.
Membantu pembinaan dan peningkatan taraf
kesejahteraan keluarga, sosial ekonomi, edukasi dan emosional.
d.
Membantu dalam tingkat tingkat nasional
pengendalian laju pertumbuhan penduduk supaya seimbang dengan oertumbuhan
produksi. (Maryani, 2004)
C. Fase Pemakaian Metode Kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi atau obat
kontrasepsi dapat dibagi menjadi tiga fase
yaitu:
a.
Fase penundaan.
b.
Fase Pengaturan Kehamilan
c.
Fase Mengakhiri Kehamilan
D. Jenis Kontrasepsi
Untuk menunjang Gerakan Keluarga
Berencana Nasional, pemerintah menyediakan beberapa jenis alat kontrasepsi.
Dengan tersedianya berbagai alat kontrasepsi tersebut, para akseptor bebas
memilih metode yang sesuai dengan selera yang diinginkan. (Saifuddin, 2003)
a) Kontrasepsi
Penghalang
b) Kontrasepsi
Mantap atau Sterilisasi
c) Kontrasepsi
Oral atau Pil KB
d) Kontrasepsi
Implant
e) IUD
(Intra Uterine Device)
E. IUD (Intra Uterine Device)
IUD atau yang sering disebut AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu pilihan metode
kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya konsepsi dalam rahim. Alat ini
sangat efektif dan tidak perlu diingat untuk menggunakannya seperti halnya
pemakaian kontrasepsi jenis pil. Bagi ibu yang menyusui, IUD tidak mempengaruhi
air susu ibu, kelancaran asi ataupun kadar
(ASI).
a. Ada
beberapa jenis IUD atau AKDR yang ada di Indonesia :
1) Copper-T
2) Copper-7
3) Multi Load.
4) Lippes Loopb. Pemasangan IUD
Prinsip pemasangan adalah menempatkan
IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang
paling baik adalah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalm
keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.
Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih
secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan
satu minggu, lalu setiap
bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
c. Mekanisme
Kerja IUD
IUD adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang
biasa mengandung tembaga hormon steroid. IUD akan berada dalam uterus, bekerja
terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilasi) dengan memblok bersatunya
ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi dan
menginaktifkan sperma.
d.
Efektifitas
1) Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam
angka kontinuitas (continuation rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal
in-utero tanpa : ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, pengangkatan atau pengeluaran
karena alasan- alasan medis atau pribadi.
2) Efektifitas dari bermacam- macam IUD
tergantung pada:
Fakto IUD yaitu ukuran,
bentuk, kandungan Cu atau Progesteron dan faktor akseptor yaitu umur, paritas,
frekuensi seggama. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu
umur dan paritas, dapat diketahui beberapa hal yaitu : semakin tua usia akseptor, maka semakin
rendah pula angka kehamilan, ekspulsi dan resiko pengangkatan atau pengeluaran
IUD, sebaliknya semakin muda usia akseptor, maka semakin memicu tingginya angka
ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
F. Keuntungan
Keuntungan- keuntungan
IUD adalah sebagai berikut:
1) Sangat efektif 0,6- 0,8 kehamilan / 100
perempuan dalam 1 tahun pertama.
2) Efektif dengan potensi jangka panjang
(sampai 8 tahun atau lebih) untuk Copper T 380 A.
3) IUD dapat efektif segera setelah
pemasangan.
4) Tidak menganggu hubungan seksual suami
istri.
5) Tidak ada efek samping hormonal dengan
pengunaan Cu IUD.
6) Dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus.
7) Cocok untuk ibu- ibu yang sedang
menyusui.
8) Dapat digunakan sampai masa menopouse.
9) Tidak ada interaksi dengan obat- obat.
10) Membantu
mencegah kehamilan ektopik
G. Kerugian
IUD bukanlah alat kontarsepsi yang
sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian, antara lain:
1.
Pemeriksaan dalam dan penyaringan
infeksi saluran genetalia diperlukan sebelum pemasangan IUD.
2.
Dapat meningkatkan resiko penyakit
radang panggul (RPP)
3.
Memerlukan prosedur pencegahan infeksi
sewaktu memasang dan mencabutnya
4.
Peningkatan darah haid dan nyeri haid
selama beberapa bulan pertama pemakaian IUD.
5.
Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD
nya.
6.
Tidak dapat melindungi klien terhadap
PMS (Penyakit Menular Seksual), AIDS/HIV.
7.
IUD dapat keluar rahim melalui kanalis
hingga keluar vagina.
(Saifudin, 2003)
g. Kontra
Indikasi
Menurut Hartanto (2003) Kontra indikasi
pemakaian IUD terbagi menjadi 2 yaitu :
·
Kontra-indikasi absolut:
1.
Infeksi pelvis akut, termasuk persangkaan
Gonorhoe atau Chlamyda.
2.
Kehamilan atau persangkaan kehamilan.
·
Kontra-indikasi relatif kuat :
1.
Partner seksual yang banyak.
2.
Kesukaran memperoleh pertolongan gawat
darurat bila terjadi komplikasi.
3.
Pernah mengalami infeksi pelvis atau
infeksi pelvis yang rekuren, postpartum
endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
4.
Cervicitis akut atau purulent.
5.
Kelainan darah yang tidak diketahui
sebabnya
6.
Riwayat kehamilan ektopik atau
keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi
untuk terjadinya kehamilan ektopik.
7.
Pernah mengalami infeksi pelvis satu
kali dan masih memungkinkan kehamilan selanjutnya.
8.
Gangguan respon tubuh terhadap infeksi
(AIDS, Diabetes Melitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)
9.
Kelainan pembekuaan darah.
H.
Hambatan Penggunaan Kontrasepsi IUD
a) Kegagalan.
Faktor yang bisa menyebabkan kegagalan
pada pengguna kontrasepsi IUD adalah faktor teknis dan non teknis. Masalah
teknis yaitu seperti pemasangan IUD yang tidak benar sehingga posisinya salah
menyebabkan sperma dapat masuk dan membuahi indung telur. Sedangkan faktor non
teknis yang dapat menyebabkan kegagalan adalah sperma yang dihadang terlalu
kuat.
b) Komplikasi
Berat
Komplikasi berat adalah gangguan
kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif
dan perlu perawatan. Khusus untuk kontrasepsi IUD, komplikasi yang sering
terjadi diantaranya adalah perubahan siklus haid dimana haid lebih lama dan
banyak, terjadinya perdarahan (spotting) antar menstruasi, disaat haid lebih
sakit, merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan dan
perforasi dinding uterus apabila pemasangan dilakukan tidak benar. (Saifudin,
2003)
Menurut (Hartanto, 2004) yang
termasuk dalam katagori komplikasi berat pemakaian IUD yaitu :
a.
Rasa Sakit Perdarahan
b. Pendarahan yang bertambah banyak dapat
berbentuk :
c.
Embedding dan Dislacement
d. Infeksi.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
infeksi :
Insersi (terutama dalam 2-4 bulan pertama
post-insersi, tipe atau macam IUD, penyakit akibat hubungan seks (PHS), dan
umur.
J. Tanda-tanda dan gejala infeksi:
• Infeksi fraktus genetalia bagian
bawah
Pus dan mukus dari
serviks atau uretra dan buang air kecil terasa sukar atau sakit.
• Pelvic Inflamatory Disease (PID)
Sakit perut bagian bawah, dispareunia
kadang-kadang dengan pendarahan, haid yang sakit atau berlebihan, nyeri uterus
atau serviks pada pemeriksaan dalam, nyeri tekan atau pembengkakan daerah tuba
fallopii atau ovarium, temperatur 38oC
atau lebih.
K. Pengobatan Infeksi
Diagnosa dini, pengangkatan atau
pengeluaran IUD, terapi antibiotika, follow up yang teratur, pengobatan partner
seksualnya. Menurut (Hanifa, 2005) komplikasi berat yang paling serius, adalah
sebagai berikut :
• Perforasi uterus.
• Infeksi Pelvik
• Endometritis
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
A. Fokus
Penelitian
Penelitian
ini difokuskan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine
Device dalam hubungannya dengan tingkat kegagalan dan tingkat komplikasi berat
akseptor KB baru di kota Samarinda.
B. Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian akan dilaksanakan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda.
C. Populasi
Dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi
pada penelitian ini adalah data akseptor KB baru yang menggunakan kontrasepsi
Intra Uterine Device yang tercatat pada bagian pencatatan dan pelaporan di
BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda
b. Sampel
Sampel
pada penelitian ini adalah data akseptor KB baru yang menggunakan kontrasepsi Intra Uterine Device yang yang
tercatat pada bagian pencatatan dan pelaporan di BKKBN Provinsi Kalimantan
Timur Kota Samarinda
D. Variabel dan Definisi Operasional
a.
Variabel Penelitian
Variabel
penelitian yang diteliti untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi
Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan dan tingkat komplikasi berat
akseptor KB baru di kota Samarinda adalah:
b.
Variabel Bebas
Adapun variable
bebas yang digunkan pada penelitian ini adalah akseptor KB baru pengguna
kontrasepsi Intra Uterine Device.
c.
Variabel Terikat
Adapun variabel terikat yang
digunakan pada penelitian ini adalah :
1) Akseptor KB baru pengguna kontrasepsi
Intra Uterine Device yang mengalami kegagalan.
2) Akseptor KB baru pengguna kontrasepsi
Intra Uterine Device yang mengalami komplikasi berat.
E.
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder bersumber
dari rekapitulasi laporan peserta KB baru dan laporan bulanan peserta KB baru
di BKKBN Provinsi Kaltim.
a.
Akseptor KB Baru
Pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan alat atau cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan atau keguguran.
(Mahmud, 2007)
b. Tingkat Kegagalan
Kontrasepsi
Merupakan tingkat kasus kejadian ketidak efektifan suatu
metoda kontrasepsi yang digunakan oleh peserta (afrkseptor) KB sehingga
menyebabkan peserta KB positif hamil. (Mahmud, 2007)
c. Tingkat Komplikasi Berat Kontrasepsi
Merupakan tingkat gangguan kesehatan akibat pemakaian
alat kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif dan perlu perawatan secara
intensif. (Mahmud, 2007)
F. Waktu
dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian
dilakukan pada bulan September s/d
Oktober 2010 dengan melakukan pengambilan data sekunder di BKKBN
Provinsi Kaliamantan Timur Kota Samarinda.
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian
dilaksanakan di BKKBN Provisi Kalimantan Timur kota Samarinda pada sub bidang
Informasi Keluarga dan Analisa Program (IKAP).
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang
dilakukkan dengan mengamati secara langsung objek penelitian guna memperoleh
data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini
observasi yang dlakukan adalah :
1.
1.Observasi lapangan adalah Survey awal
pada tempat sumber penelitian untuk melihat apakah data yang ingin diperoleh
ada atau tidak.
2.
Observasi wawancara adalah suatu
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan
peneliti yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan.
3.
Observasi Perizinan adalah suatu tahap
untuk melakukan permohonan permintaan izin tertulis kepada instansi terkait
yaitu BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinada agar dapat melakukan
pengambilan data sekunder yang akan dipergunakan sebagai data sempel
penelitian.
b. Penelitian kepustakaan (Library
Research)
pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui studi kepustakaan dan laporan-laporan pihak lain serta literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini,
data diperoleh dengan menggunakan teknik Library Research, dimana data
diperoleh dengan mengambil data di instansi atau badan miliki pemerintah maupun
swasta. Sedangkan data yang dianalisis bersumber dari data sekunder, dimana
data yang ada merupakan hasil dari laporan dan bukan bersumber dari hasil
wawancara.
H. Data dan Sumber Data
a. Data Sekunder
Data yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk dalam data sekunder dimana data tersebut
merupakan data baku yang sudah dilolah dan
disajikan dalam bentuk table. Data tersebut adalah data lampau atau
retrospektif dan merupakan laporan bulanan bukan data perorangan.
b. Tabel Data Sekunder
Tabel data sekunder
diperoleh melalui bagian pencetatan dan pelaporan di BKKBN Provinsi Kalimantan
Timur Kota Samarinda. Format table data sekunder dapat di lihat pada lampiran.