Minggu, 16 Desember 2012

judul 3 kuantitatif


HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE TERHADAP TINGKAT  KEGAGALAN DAN KOMPLIKASI BERAT AKSEPTOR KB BARU DI KOTA SAMARINDA


ABSTRAK
         Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan dan komplikasi berat pada akseptor KB baru di kota Samarinda. Kontrasepsi Intra Uterine Device adalah kontrasepsi yang paling efektif untuk digunakan namun kontrasepsi ini juga banyak menimbulkan kegagalan dan komplikasi pada pemakainnya. Khususnya pada akseptor yang ada disamarinda.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadat tingkat kegagalan dan komplikasi berat pada pengguna (akseptor) KB di Kota Samarinda.
            Tahapan rancangan penelitian ini antara lain adalah menetapkan rumusan masalah dan melakukan observasi tempat penelitian, selanjutnya memperoleh data sekunder yang berisi laporan kegagalan dan komplikasi berat pengguna kontrasepsi Intra Uterine Device yang kemudian dilakukan penyortiran atau perapian data. Tahap selanjutnya melakukan uji korelasi dan menentukan besarnya nilai korelasi (hubungan). Hingga akhirnya melakukan interpretasi hasil dan kesimpulan hasil penelitian



BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang
            Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (KB). (BKKBN, 1997)
            Program Keluarga Berencana (KB) ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian jumlah penduduk. (Hanifa, 2005)
            Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan  bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan, sehingga pengaturan kelahiran melalui program KB berdampak sangat signifikan terhadap peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak. Oleh karenanya program KB telah diakui secara internasional sebagai salah satu upaya pokok dalam program safe motherhood and child survival.
          Adapun macam-macam metode kontrasepsi yang ditawarkan untuk mencegah kehamilan yaitu dengan metode yang sederhana, terdiri atas KB alamiah dengan sistem kalender, Coitus Interuptus (senggama terputus) dan kondom. Berikutnya adalah metode modern yang terdiri dari kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) atau dengan sebutan lain Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), hormonal (pil, suntikan, implant),  dan  kontrasepsi mantap (MOW/MOP). Bermacam-macam kontrasepsi tersebut sudah pasti mempunyai efek samping (akibat pemakaian KB, bukan gejala suatu penyakit), yang harus diketahui oleh pemakai (akseptor) sebelum memakainya. (Hartanto, 2004)


          Ditinjau dari macam-macam metode kontrasepsi yang ditawarkan tersebut, kontrasepsi yang paling efektif dalam menekan jumlah kelahiran adalah kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD), dimana kontrasepsi IUD mempunyai angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3 kehamilan/100 perempuan dan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. (Krisnadi, 2002). Namun pemahaman masyarakat atau calon akseptor KB (calon pengguna kontrasepsi) mengenai kontrasepsi IUD sangat bertolak belakang sekali dengan keunggulan IUD tersebut karena berbagai macam pola pemahaman dan persepsi calon akseptor, diantaranya pada proses pemasangan IUD yang rumit sehingga membuat risih dan malu calon akseptor, pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna IUD tentang ketidaknyamanan, serta dapat mengakibatkan terjadi kehamilan tanpa disadari oleh akseptor IUD (kegagalan), dan ketakutan akan adanya efek samping infeksi yang menyebabkan komplikasi berat.
           
B. Perumusan Masalah
    Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
a)      Apakah ada hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan pada akseptor KB Baru ?
b)      Apakah ada hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat komplikasi berat pada akseptor KB Baru?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.         Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device  terhadap tingkat kegagalan akseptor KB baru di kota Samarinda.
b.         Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat komplikasi berat akseptor KB baru di kota Samarinda.

D.  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.         Manfaat bagi Pemerintah dan Instansi terkait.
Sebagai bahan masukkan dan sumber informasi bagi pemerintah,instansi terkait dalam menentukan kebijakkan dan perencanaan pembangunan dibidang kesehatan khususnya dalam menanggulangi kegagalan dan komplikasi berat aksetor KB penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device.
b.         Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
c.         Manfaat bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga dan mengasah wawasan peneliti mengenai hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan dan komplikasi berat yang terjadi di kota Samarinda.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Alat Kontrasepsi
            Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam, tetapi pada umumnya adalah mengusahakan agar tidak terjadinya ovulasi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan antara sel telur dengan sperma. (BKKBN, 1984).
            Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (Maryani, 2004).
            Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat yaitu, dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, mudah pelaksanaan dan penggunaannya, murah harganya, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan. (Maryani, 2004)




   B.  Tujuan Penggunaan Alat Kontrasepsi
            Tujuan alat kontrasepsi yang dimaksudkan untuk mencegah pembuahan dan kehamilan, diantaranya :    
a.       Membantu pengaturan atau perencanaan pembentukan keluarga dengan cara penundaan, penjarangan, dan penghentian kesuburan.
b.      Membantu pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan keluarga.
c.       Membantu pembinaan dan peningkatan taraf kesejahteraan keluarga, sosial ekonomi, edukasi dan emosional.
d.      Membantu dalam tingkat tingkat nasional pengendalian laju pertumbuhan penduduk supaya seimbang dengan oertumbuhan produksi. (Maryani, 2004)

C.  Fase Pemakaian Metode Kontrasepsi
     Pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi dapat dibagi menjadi tiga fase  yaitu:
a.       Fase penundaan.
b.      Fase Pengaturan Kehamilan
c.       Fase Mengakhiri Kehamilan
           
D. Jenis Kontrasepsi
       Untuk menunjang Gerakan Keluarga Berencana Nasional, pemerintah menyediakan beberapa jenis alat kontrasepsi. Dengan tersedianya berbagai alat kontrasepsi tersebut, para akseptor bebas memilih metode yang sesuai dengan selera yang diinginkan. (Saifuddin, 2003)      

a)      Kontrasepsi Penghalang
b)      Kontrasepsi Mantap atau Sterilisasi
c)      Kontrasepsi Oral atau Pil KB
d)     Kontrasepsi Implant
e)      IUD (Intra Uterine Device)




E.   IUD (Intra Uterine Device)
            IUD atau yang sering disebut  AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)  merupakan salah satu pilihan metode kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya konsepsi dalam rahim. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat untuk menggunakannya seperti halnya pemakaian kontrasepsi jenis pil. Bagi ibu yang menyusui, IUD tidak mempengaruhi air susu ibu, kelancaran asi ataupun kadar  (ASI).
     a.    Ada beberapa jenis IUD atau AKDR yang ada di Indonesia :
1)         Copper-T
2)         Copper-7
3)         Multi Load.
4)         Lippes Loopb. Pemasangan IUD
         Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik adalah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalm keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,  lalu  setiap  bulan  selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
      c.   Mekanisme Kerja IUD
            IUD adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang biasa mengandung tembaga hormon steroid. IUD akan berada dalam uterus, bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan (fertilasi) dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi dan menginaktifkan sperma.
         d.  Efektifitas
1)         Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa : ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, pengangkatan atau pengeluaran karena alasan- alasan medis atau pribadi.
2)         Efektifitas dari bermacam- macam IUD tergantung pada:
Fakto IUD yaitu ukuran, bentuk, kandungan Cu atau Progesteron dan faktor akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi seggama. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, dapat diketahui beberapa hal yaitu  : semakin tua usia akseptor, maka semakin rendah pula angka kehamilan, ekspulsi dan resiko pengangkatan atau pengeluaran IUD, sebaliknya semakin muda usia akseptor, maka semakin memicu tingginya angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
        F.   Keuntungan
Keuntungan- keuntungan IUD adalah sebagai berikut:
1)         Sangat efektif 0,6- 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama.
2)         Efektif dengan potensi jangka panjang (sampai 8 tahun atau lebih) untuk Copper T 380 A.
3)         IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
4)         Tidak menganggu hubungan seksual suami istri.
5)         Tidak ada efek samping hormonal dengan pengunaan Cu IUD.
6)         Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
7)         Cocok untuk ibu- ibu yang sedang menyusui.
8)         Dapat digunakan sampai masa menopouse.
9)         Tidak ada interaksi dengan obat- obat.
10)       Membantu  mencegah kehamilan ektopik

G.    Kerugian
       IUD bukanlah alat kontarsepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian, antara lain:
1.      Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia diperlukan sebelum pemasangan IUD.
2.      Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (RPP)
3.      Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya
4.      Peningkatan darah haid dan nyeri haid selama beberapa bulan pertama pemakaian IUD.
5.      Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
6.      Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual), AIDS/HIV.
7.      IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar vagina.
          (Saifudin, 2003)
      g.   Kontra Indikasi
       Menurut Hartanto (2003) Kontra indikasi pemakaian IUD terbagi menjadi 2 yaitu :
·         Kontra-indikasi absolut:
1.      Infeksi pelvis akut, termasuk persangkaan Gonorhoe atau Chlamyda.
2.      Kehamilan atau persangkaan kehamilan.
·         Kontra-indikasi relatif kuat :
1.      Partner seksual yang banyak.
2.      Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
3.      Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren,       postpartum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
4.      Cervicitis akut atau purulent.
5.      Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
6.      Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan  predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
7.      Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih memungkinkan kehamilan selanjutnya.
8.      Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes Melitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)
9.      Kelainan pembekuaan darah.
     H.   Hambatan Penggunaan Kontrasepsi IUD
a)      Kegagalan.
         Faktor yang bisa menyebabkan kegagalan pada pengguna kontrasepsi IUD adalah faktor teknis dan non teknis. Masalah teknis yaitu seperti pemasangan IUD yang tidak benar sehingga posisinya salah menyebabkan sperma dapat masuk dan membuahi indung telur. Sedangkan faktor non teknis yang dapat menyebabkan kegagalan adalah sperma yang dihadang terlalu kuat.
b)      Komplikasi Berat
         Komplikasi berat adalah gangguan kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif dan perlu perawatan. Khusus untuk kontrasepsi IUD, komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah perubahan siklus haid dimana haid lebih lama dan banyak, terjadinya perdarahan (spotting) antar menstruasi, disaat haid lebih sakit, merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan dan perforasi dinding uterus apabila pemasangan dilakukan tidak benar. (Saifudin, 2003)
           Menurut (Hartanto, 2004) yang termasuk dalam katagori komplikasi berat pemakaian IUD yaitu :
a.            Rasa Sakit Perdarahan
b.         Pendarahan yang bertambah banyak dapat berbentuk :
c.            Embedding dan Dislacement
d.         Infeksi.
I.     Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi :
       Insersi (terutama dalam 2-4 bulan pertama post-insersi, tipe atau macam IUD, penyakit akibat hubungan seks (PHS), dan umur.
J.  Tanda-tanda dan gejala infeksi:
           Infeksi fraktus genetalia bagian bawah
Pus dan mukus dari serviks atau uretra dan buang air kecil terasa sukar atau sakit.
           Pelvic Inflamatory Disease (PID)
       Sakit perut bagian bawah, dispareunia kadang-kadang dengan pendarahan, haid yang sakit atau berlebihan, nyeri uterus atau serviks pada pemeriksaan dalam, nyeri tekan atau pembengkakan daerah tuba fallopii atau ovarium, temperatur 38oC  atau lebih.
K.    Pengobatan Infeksi
      Diagnosa dini, pengangkatan atau pengeluaran IUD, terapi antibiotika, follow up yang teratur, pengobatan partner seksualnya. Menurut (Hanifa, 2005) komplikasi berat yang paling serius, adalah sebagai berikut :
           Perforasi uterus.
           Infeksi Pelvik
           Endometritis










BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.    Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device dalam hubungannya dengan tingkat kegagalan dan tingkat komplikasi berat akseptor KB baru di kota Samarinda.

B.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda.
C.     Populasi Dan Sampel Penelitian
a.       Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah data akseptor KB baru yang menggunakan kontrasepsi Intra Uterine Device yang tercatat pada bagian pencatatan dan pelaporan di BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda
b.      Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah data akseptor KB baru yang menggunakan   kontrasepsi Intra Uterine Device yang yang tercatat pada bagian pencatatan dan pelaporan di BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda

      D. Variabel dan Definisi Operasional
a.       Variabel Penelitian
       Variabel penelitian yang diteliti untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device terhadap tingkat kegagalan dan tingkat komplikasi berat akseptor KB baru di kota Samarinda adalah:
         b.   Variabel Bebas
Adapun variable bebas yang digunkan pada penelitian ini adalah akseptor KB baru pengguna kontrasepsi Intra Uterine Device.
         c.  Variabel Terikat
           Adapun variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1)         Akseptor KB baru pengguna kontrasepsi Intra Uterine Device yang mengalami kegagalan.
2)         Akseptor KB baru pengguna kontrasepsi Intra Uterine Device yang mengalami komplikasi berat.

     E.    Definisi Operasional
            Dalam penelitian ini, data  yang digunakan adalah data sekunder bersumber dari rekapitulasi laporan peserta KB baru dan laporan bulanan peserta KB baru di BKKBN Provinsi Kaltim.
a.           Akseptor KB Baru
 Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat atau cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan atau keguguran. (Mahmud, 2007)
b. Tingkat Kegagalan Kontrasepsi
            Merupakan tingkat kasus kejadian ketidak efektifan suatu metoda kontrasepsi yang digunakan oleh peserta (afrkseptor) KB sehingga menyebabkan peserta KB positif hamil. (Mahmud, 2007)
c.   Tingkat Komplikasi Berat Kontrasepsi
Merupakan  tingkat gangguan kesehatan akibat pemakaian alat kontrasepsi yang harus dilayani secara intensif dan perlu perawatan secara intensif. (Mahmud, 2007)

  F.  Waktu dan Tempat Penelitian
a.         Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan September s/d  Oktober 2010 dengan melakukan pengambilan data sekunder di BKKBN Provinsi Kaliamantan Timur Kota Samarinda.
b.         Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di BKKBN Provisi Kalimantan Timur kota Samarinda pada sub bidang Informasi Keluarga dan Analisa Program (IKAP).

G.  Teknik Pengumpulan Data
      Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a.         Observasi
       Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukkan dengan mengamati secara langsung objek penelitian guna memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini observasi yang dlakukan adalah :
1.      1.Observasi lapangan adalah Survey awal pada tempat sumber penelitian untuk melihat apakah data yang ingin diperoleh ada atau tidak.
2.      Observasi wawancara adalah suatu percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan peneliti yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
3.      Observasi Perizinan adalah suatu tahap untuk melakukan permohonan permintaan izin tertulis kepada instansi terkait yaitu BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinada agar dapat melakukan pengambilan data sekunder yang akan dipergunakan sebagai data sempel penelitian.
b.         Penelitian kepustakaan (Library Research)
        pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan dan laporan-laporan pihak lain serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan teknik Library Research, dimana data diperoleh dengan mengambil data di instansi atau badan miliki pemerintah maupun swasta. Sedangkan data yang dianalisis bersumber dari data sekunder, dimana data yang ada merupakan hasil dari laporan dan bukan bersumber dari hasil wawancara.





H.    Data dan Sumber Data
a.     Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam data sekunder dimana data tersebut merupakan data baku yang sudah dilolah dan  disajikan dalam bentuk table. Data tersebut adalah data lampau atau retrospektif dan merupakan laporan bulanan bukan data perorangan.
b.     Tabel Data Sekunder
Tabel data sekunder diperoleh melalui bagian pencetatan dan pelaporan di BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda. Format table data sekunder dapat di lihat pada lampiran.